Assalamu’alaikum wr wb
Salam sejahtera untuk kita semua
Lama ya tidak menyapa kalian dalam tulisan, hehe
Sekali nulis, topiknya berat, duhh. Tidak kok. Ini topik santai sembari ku mendengarkan lagu Bangun Cinta by 3 composers, katanya lebih baik bangun cinta daripada jatuh cinta mesti tak mudah, apasih. Ya gitu, supaya punya tujuan, apasih (2).
Hayuk kembali ke topik perbincangan. Sebenarnya ini merupakan sebuah rangkuman atas apa yang aku tangkap hari ini dalam perkuliahan Ekonomi Makro Islam. But, seriously, aku tidak ingin berat sebelah, jadi tetap aku perbandingkan dengan konvensional. Berhubung aku juga termasuk newcomer dalam Ekonomi Islam setelah bertahun-tahun berkecimpung di dunia konvensional tapi aku bersyukur tidak begitu kapitalis karena terseimbangkan oleh studi koperasi yang menurutku cocok banget dengan ekonomi Islam (someday aku ceritain pendapatku ya).
Bicara investasi, sebenarnya apasih investasi itu? Ya, bisa diartikan belanja modal baru dengan berbagai jenis investasi, antara lain: bussiness fixed (alat-alat produksi dan sebagainya), residental, dan lain sebagainya. Investasi erat hubungannya dengan suku bunga. Walau tidak semua instrument investasi seperti itu, namun dalam teori konvensional ada suatu konsep ‘‘suku bunga naik, investasi turun, dan sebaliknya“, logikanya ialah ketika suku bunga sedang tinggi, orang-orang cenderung lebih memilih menitipkan uangnya untuk deposito di bank, sehingga investasi di lapangan menurun. Lantas, apa bagaimana konsep investasi dalam ekonomi Islam? Padahal jelas, bahwa Islam sangat tidak memperkenankan adanya bunga.

Ada tiga poin dalam investasi menurut Islam
- Sanksi terhadap aset menganggur
Pada zaman Umar saat itu jika ada tanah yang menganggur selama 3 tahun berturu-turut tidak dimanfaatkan atau dibiarkan menganggur, maka tanah tersebut akan diambil alih negara. Hal ini juga terjadi saat Bilal yang diberi tanah oleh Rasulullah untuk mengelola, namun Bilal begitu sibuk sehingga menganggurkan tanah tersebut dan tanah tersebut diambil alih oleh Umar untuk diurus negara. Hal ini jelas, bahwa Islam tidak memperkenankan manusia untuk menyia-nyiakan asset. Tentu ini akan berdampak pada perekonomian. Jika banyak yang melakukan penyimpanan aset tanpa dikelola, tentu perekonomian akan melemah.
Lantas, apa solusinya jika kita tidak bisa mengelola tanah dikarenakan kesibukan?
- Investasi tunai
Investasi tunai yang dimaksud ialah menabung secara tunai. Ya, hanya menyimpan dana saja tanpa adanya penambahan.
- Aset tanpa produksi (menciptakan output)
Aset tanpa produksi bisa berupa logam mulia maupun aset lainnya yang tidak memiliki kewajiban untuk mengelola dalam Islam seperti tanah dalam kasus utama tadi.
- Investasi produktif
Investasi produktif ialah investasi pembiayaan usaha produktif, semacam mudharabah.
Opsi (a) dan (b) mungkin bisa habis tergerus kewajiban zakat sampai dengan batas nisabnya. Namun, opsi (c) bisa menjadi alternatif karena tidak ada zakat hingga telah tampak hasil dari usaha produktif tersebut.
- Tidak boleh ada spekulasi
Apa itu spekulasi? Mencoba-coba siapa tahu menang, dilain sisi ada pihak yang dirugikan. Sepertoi perjudian tanpa kepastian. Larangan ini disampaikan dalam Al Quran (2): 219, dan (5): 90.
- Tidak ada suku bunga
Penjelasan mengapa bunga berbahaya mungkin bisa saya tulis dilain kesempatan ya. Mendadak ingat pesan dosen saat aku presentasi tentang bahaya kredit kendaraan dahulu. Beliau memintaku untuk menulis di rublik opini dalam salah satu surat kabar, tapi belum terealisasi, hehe. Maaf, Pak.
Lantas, apa kesimpulan dari kedua sudut pandang terkait investasi baik konvensional dan Islam? Ya, manage our finance. But, dalam ekonomi Islam memang cukup berbeda dengan konvensional. Dalam ekonomi Islam tidak ada istilah uang bekerja untuk kita, namun kita lah yang harus melakukan tindakan ekonomi supaya tetap terus berputar roda perekonomian. Tidak memandang dia si pemilik modal sehingga bisa dengan santai membungakan uang, tidak. Namun, bersama-sama, bekerja sama untuk memutarkan roda perekonomian kita. Ini lah yang menyebabkan bank syariah paling stabil saat Indonesia mengalami hyper inflasi beberapa tahun silam. Salam berkah ~ azr
Leave a Reply