SEBUAH KILAS BALIK

Senin, 21 Januari 2019 pukul 21.41 WIB aku mulai menulis cerita ini. Atas dasar request dari adik angkatan tercinta siang tadi tentang dua hal, kenapa harus bertahan di Kopma? Kemudian, kenapa harus memilih Kopma?

Sebelumnya akan aku jabarkan terlebih dahulu, apa itu Kopma, Koperasi Mahasiswa. Kopma yang adik ini maksud ialah Koperasi Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta atau disingkat dengan Kopma UNY. Kopma UNY merupaka Unit Kegiatan Mahasiswa dengan jumlah anggota terbanyak pastinya, lebih dari 5.000 anggota pada era ku dan mungkin saat ini sudah lebih dari 6.000 anggota. Anggota dari Kopma UNY sendiri bukan hanya mahasiswa, melainkan seluruh civitas akademika UNY maupun masyarakat sekitar, karena prinsip koperasi ialah sukarela dan terbuka. Namun, terkait manajemen usahanya, yang terdiri dari kepengurusan dan kepengawasannya harus dari kalangan mahasiswa. Terbayang? Kantor pusatnya terletak di Gedung Business Center Universitas Negeri Yogyakarta, bersebelahan dengan UNY Hotel.

Pertama aku jawab, “Kenapa harus memilih Kopma?”

Dibilang harus ya tidak, nduk. Namun, ini pilihan. Selain Kopma pun aku dulu mengikuti UKM yang lain, seperti UKM Fakultas Komunitas Riset dan Penalaran FE UNY (Kristal), UKMF Keluarga Muslim Al Fatih FE UNY, dan UKM Panahan UNY. Saat itu senior di organisasi pecinta alam SMA hanya mewanti-wanti, saat kuliah nanti diupayakan jangan ikut organisasi Pecinta Alam lagi, padahal saat SMA aku ikut organisasi tersebut, dan aku mematuhinya.

Namun, ketika kamu bertanya lagi, “Kenapa harus bertahan di Kopma?”

Aku jawab, mungkin harus. Kenapa mungkin? Tidak dengan tegas aku bilang harus. Ya karena dalam diriku pun ada dilematika waktu itu. Pada tahun 2011 pertama mengikuti Kopma, berturut-turut hingga 2016 bukan lah waktu yang singkat. 5 tahun dengan istiqamah mengikuti perjalanan organisasi bukan perkara mudah. Awal aku mengikuti Kopma, setelah penerimaan mahasiswa baru, tertarik masuk Kopma kenapa? Mas-mas dan mbak-mbaknya keren gitu setiap hari pakai kemeja rapih berjas hitam berdasi. Bukan. Aku ikut Kopma karena passion di dunia wirausaha waktu itu. Dan Kopma punya semua fasilitasnya. Perjalanan awal menjadi anggota biasa yang aktif mengikuti pendidikan dan kepanitiaan. Awal-awal tidak begitu aktif kok, karena aku di semester awal lebih aktif di Kepanitiaan Himpunan Jurusan dan Fakultas.

Kisahku dimulai 2011 akhir, saat ada pembukaan tim Audit Internal Kopma UNY, dan aku ikut seleksi tim audit, alhamdulillah lolos. Alih-alih memperoleh insentif, aku lebih fokus pada bagaimana aku bisa mencari setiap kekeliruan yang ada di Kopma UNY dilihat dari laporan dan praktik yang ada. Saat itu kebetulan aku diminta untuk Audit beberap unit Usaha Kopma UNY. Audit berakhir di 2012 awal.

Kemudian, 2012 aku ikut Junior Asisten dibidang Administrasi dan Humas, dibidang ini aku dituntut untuk disiplin karena menjadi contoh bidang lainnya. Kegiatanku kadang bantu arsip, membuat surat, mencatat ketidakdisipinan pengurus jika ada dan sebagainya. Namun, aku sepertinya lebih sering ditugaskan di luar. Kelayaban ke dinas-dinas terkait, seperti Disperindag, Dinas Koperasi dan Disnakertrans.

Pada tahun 2013, mulai menduduki jabatan Asisten, aku pindah bidang, bukan Adminhum lagi namun bidang PSDA, Pengembangan Sumber Daya Anggota, wabil khusus bagian Pendidikan Formal anggota seperti Diksar, Dikmen, Dikjut, magang dan pendidikan-pendidikan lainnya. Di sini aku masih merasa aman dan nyaman. Ya, baru semester 4 menjelang 5.

Pada tahun 2014, aku memperoleh amanah sebagai anggota pengawas, mengawasi bidang PSDA dan Usaha saat itu. Di sini mulai muncul dilematika karena mulai menduduki semester 6 menjelang 7. Anggota pengawas pun berpotensi melanjutkan ke jenjang berikutnya, yaitu ketua umum dan ketua pengawas. Artinya, kita memiliki peluang untuk menunda kuliah.

Awalnya tidak kepikiran, orang tua pun awalnya tidak merestui, menjelang malam pemilihan Ketua Umum dan Ketua pengawas, Mama mengirim pesan bahwa beliau benar-benar tidak ingin aku lanjut. Dilema, asli. Kalau bilang ingin, aku pun ingin lulus tepat waktu. Tapi banyak hal yang tidak bisa aku tinggalkan saat itu. Kuliah atau Kopma, pilihan yang sulit. Namun karena kuliah dibiayai sendiri waktu itu, aku merasa tidak akan membebani orang tua terlalu dalam sembari berkata, “Mam, doakan saja yang baik-baik, belum tentu terpilih juga, kalau memang terpilih berarti sudah jalan-Nya, kan.”

Hingga akhirnya Mama bisa menjawab, “Iya, mba. Mama doakan yang terbaik.”

Pada akhirnya dari 7 calon yang ada, bayanganku aku tidak terpilih, kok. Masih banyak calon yang lebih unggul. Jadi kalimat penutup pesan dengan Mama itu hanya untuk kejadian terpepet sekalipun. Atau kalau kepilihpun aku paling menjadi ketua pengawas, karena aku berasal dari kepengawasan. Namun, ternyata suara anggota berkata lain. Ya, mungkin ini juga suara Tuhan. “Berarti sudah jalan-Nya, mam.”, kata ku menyampaikan ke Mama ulang.

Terkait, “Banyak hal yang tidak bisa aku tinggalkan saat itu

Sebenarnya, banyak harapan. Kalau ada yang bilang, “Ah, Kopma sudah autopilot, kok, pengurus tidak perlu ngapa-ngapain udah jalan.”

Nyatanya tidak semudah itu, Ferguso.

Nyatanya masih banyak divisi merugi saat kami tidak ada inovasi.

Nyatanya mereka benar-benar butuh sentuhan, tapi kadang kami khilaf dan kurang peduli.

Ada lebih dari 50 jiwa yang Allah titipkan untuk mencari rezeki di Kopma, diantara mereka banyak yang merupakan kepala keluarga. Ada lebih dari 15 Milyar omset penjualan yang menjadi target setiap tahunnya. Siapa yang mau urus kalau bukan kita? Pengurus.

Ada hubungan yang perlu dijaga antara Kopma dan pejabat kampus dan pejabat pemerintah juga.

Demi apa? Ya kembali lagi, demi karyawan dan anggota. Itu saja. Ya, itu saja beratnya masyaAllah. Jika ditanya apakah ingin mengulang? Ya, ingin memperbaiki semua kesalahanku waktu menjabat, dosa-dosaku saat itu, mungkin ada yang merasa di dzalimi dan sebagainya. Namun, yakin tulus ikhlas tujuannya hanya dua itu, karyawan dan anggota, mereka tidak bisa berjalan sendiri. Maka berjuanglah, pengurus dan pengawas. Tetap semangat. insyaAllah, lelahmu indah jika Lillah.

20 Januari 2019 kemarin

Selamat untuk terpilihnya Ketua Umum 2019, Syifa, dan Ketua Pengawas, Hihin.

Ini memang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa. Doaku dari jauh. ~azr

Closed. Tidak akan habis aku bahas dalam satu hari cerita di #30haribercerita ini. Intinya, terima kasih, Kopma UNY.


Posted

in

by

Comments

One response to “SEBUAH KILAS BALIK”

  1. […] ini, melanjutkan cerita hari ke 21 (klik di sini), tentang yang sedang berjuang dan masih ragu-ragu melanjutkan perjuangan. Let’s disscuss […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *