Assalamu’alaikum wr wb,
Salam sejahtera untuk kita semua,
Selamat malam, hari ini Jumat 18 Januari 2019 pukul 20.45 aku mulai menulis artikel ini, ada cerita apa ya hari ini?
Pada kesempatan bercerita #30haribercerita hari ini aku ingin mengutarakan kegundahan hati semalam, membuat ku tidak bisa tidur (kayak biasanya sih, haha). Tapi serius, tidur semalam rasanya tidak tenang, pasca mendengarkan #DebatPilpres2019
Debat Pilpres mengingatkan ku saat masih aktif mengadakan event-event di bangku kuliah dahulu, salah satu event yang diadakan ialah Lomba Debat Isu Ekonomi Nasional. Dalam lomba debat, tentunya peserta akan diberi beberapa isu untuk kemudian dipelajari dan dicari data-data yang ada. Ya, masalah dia akan menjadi tim pro atau tim kontra nantinya baru diberitahu.
Namun, pelajaran yang dapat aku ambil dari perlombaan debat sewaktu kuliah ialah, posisi apapun kita baik pro maupun kontra sebenarnya memiliki keunggulan masing-masing. Tidak ada kebenaran yang sifatnya mutlak pasti benar. Si A benar, maka si B salah. Tidak ada statment seperti itu. Tinggal bagaimana sudut pandang yang kita ambil. Namun, sayang sekali, topik yang diambil dalam debat Pilpres kali ini memang sifatnya Mutlak. Terkait korupsi baik itu “seberapa” maupun “tidak seberapa”, itu tetaplah tindakan pelanggaran hukum. Merugikan Indonesia, merugikan lebih dari 200 juta jiwa penduduk di negara kita. Saya yakin, kalau ada lagi perlombaan debat di tingkat perkuliahan pun tidak ada tim yang pro terkait korupsi. Yang pro-kontra paling terkait hukumannya saja, apakah diperbolehkan hukuman mati atau tidak? Itu saja. Terkait korupsi baik itu besar maupun tidak seberapa, tetaplah korup.
Di Indonesia budaya korupsi memang masih sulit diperangi. Kenapa aku sebut “budaya”? karena sudah menjadi kebiasaan yang turun temurun dan entah sampai kapan bisa berhenti. Kemudian, aku ingat postingan bapak Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, pernah menyampaikan bahwa kemajuan teknologi akan menekan tingkat korupsi, karena pasti akan menekankan pada efisiensi dan transparansi. Sepakat.
Seniorku pun pernah menyampaikan bahwa, “kita tidak akan bisa memaksa seseorang untuk jujur, tapi kita bisa membuat sistem yang membuat seseorang terpaksa jujur”.
Kemudian kami terapkan di unit bisnis yang kami kelola kami dahulu, dan tampaklah beberapa jentik-jentik kegelapan, hehe. Ya, tidak bisa menyalahkan sepenuhnya kepada karyawan yang korupsi, manajemen pun bersalah karena tidak mampu membuat sistem yang ketat akan korupsi. Lagi-lagi, PR. Alhamdulillah, menjadi pembelajaran untuk kami bersama dan lambat laun bisa teratasi.
Menjawab statment bahwa Korupsi bisa dicegah dengan meningkatkan gaji pejabatnya, mungkin perlu dikaji ulang, kondisi negara kita yang masih memiliki banyak hutang dan dilihat gaji saat ini juga sudah sangat besar, disaat kondisi Upah Minimum Regional beberapa wilayah masih diangka Rp 1 jutaan. Menurut aku pribadi, kunci utamanya adalah “sistem”. Mau diberi gaji berapapun, manusia tidak akan ada puasnya. Misal, contoh yang ekstrim, sistem anti korupsi kita dibuat seperti di Tiongkok, jika korupsi kemudian keluarganya dimiskinkan dan dia koruptor tersebut dipertontonkan di sebuah tempat untuk dieksekusi mati saat itu juga. Mungkin saat akan korupsi sudah kebayang mati konyol duluan. Tapi ekstrim sih, hehe. Ya walau dalam Islam juga mencuri harus potong tangan.
Ah, jujur, aku masih tidak habis pikir dengan beberapa statement kemarin. Namun, aku mencoba berpikir positif, namanya juga debat, pasti yang keluar adalah kalimat-kalimat spontan yang sangat natural, sangat jujur terucap. Belum sempat melakukan kajian mendalam. Jadi insyaAllah, jika nanti bisa dikaji mendalam, bisa diperbaiki.
Terlalu lama libur kuliah, aku rindu menulis makalah disertai dengan kutipan ayat, maka kali ini aku akan mengutip satu ayat dalam Al Quran, Q.S. Al’ Imran ayat 66, sebagai berikut:
هَٰٓأَنتُمۡ هَٰٓؤُلَآءِ حَٰجَجۡتُمۡ فِيمَا لَكُم بِهِۦ عِلۡمٞ فَلِمَ تُحَآجُّونَ فِيمَا لَيۡسَ لَكُم بِهِۦ عِلۡمٞۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ
Artinya: “Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui? Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”
Berdebat memang tidak baik, namun jika terpaksa, berdebatlah dengan cara yang baik. Sampaikan lah yang kamu ketahui. ~azr
Leave a Reply