Gunung Gede dan Misteri

Hai! Lama tidak menyapa
Rencana ini untuk mengisi blog saya sebelumnya, petualangananggi.blogspot.com karena sudah lebih dari satu tahun tidak mengisi blog tersebut, antara sudah jarang berpetualang atau memang semua hanya berputar di kepala. Namun, ternyata tidak bisa login lagi, sedihnya. Sepertinya memang disarankan untuk fokus disatu blog saja. Maaf ya, rencana blog saya ini berisi pemikiran-pemikiran yang sedikit berfaedah, namun malah menjadi gado-gado seperti ini. Eh, tunggu dulu, sepertinya terlalu kaku ya jika menggunakan “saya”, seperti akan presentasi saja. Baik, supaya lebih lekat, coba kini akan ku gunakan “aku” dan “kamu”.

Tahun 2017-2018 ini semacam tahun yang bisa ku bilang, petualangan yang sangat berbeda ketimbang tahun sebelumnya. Setelah lulus kuliah S1 ditahun 2016 dan resign pekerjaan pertama di awal tahun 2017 ini, kemudian aku mengambil keputusan yang sangat tidak ku duga sebelumnya. Ya, menjadi “pengajar”. Dunia baru yang linear memang dengan jurusanku, tapi tidak dengan impianku. Tapi jenuhnya bekerja di kantor ternyata membuatku lari kesana. Bosan? Tidak. Ternyata cukup menyenangkan mengerjakan hal baru, bertemu anak-anak dengan semangat baru mereka membuatku lupa akan usia. Jadi merasa selalu muda. Mungkin suatu saat aku ceritakan kisahku dengan mereka, anak-anak penggiat belajar, ya.

Sekarang ingin ku ceritakan kisah perjalanan akhir tahun 2017, kenapa baru menulis? Sudah ditulis di instagram tapi baru ingat mau menulis diblog setelah mendapat chat dari senior terkait penugasan untuk membuat rencana pendakian akhir tahun 2018 ini di Jawa Timur (finally). Mohon dimaklumi, ya. Pekerja yang menyambi menjadi mahasiswa ini ternyata punya tugas kuliah yang tidak sedikit, hehe. Jadi, begini ceritanya…


Keberangkatanku bersama rekan-rekan Kopmapala UNY, Desember 2017 akhir, lupa tepatnya tanggal berapa. Iya, desember memang tidak cocok untuk pendakian gunung karena musim hujan, tapi kami sudah cek cuaca di google dan insyaAllah terang di wilayah Cibodas. Tebak kami mau kemana? Ya! Gunung Gede via Cibodas. Perencanaan kami sudah jauh-jauh hari sebelum liburan tiba. Aku yang berdomisili terjauh di ujung timur, Surabaya. Harus menuju ke barat, Cibodas. Sebelumnya, kami janjian di Jakarta. Aku mampir kos Fatma untuk cek kelengkapan dan belanja beberapa logistik. Seperti biasa, kami diberi tugas untuk ketersediaan konsumsi kelompok. Dengan bermodal sepatu gunung pinjam adik, sejak bekerja dan sadar bahwa sudah tidak mudah lagi cari waktu untuk pendakian, sepatu gunung fix ku jual. Bahkan tas carrier dan segala perlengkapan yang kumiliki juga sudah ku titipkan dipersewaan teman ku, supaya produktif. Aku hanya memiliki sandal gunung, itu saja yang tersisa.

Singkat cerita kami sudah bertemu di stasiun gambir (kalau tidak salah), kami akan melanjutkan perjalanan menggunakan KRL menuju Bogor. Rasanya cukup lengkap sih, kami berangkat berdua belas, mba Kiki, Eko, mas Budi, mas Ai, Tiwi dan Erika dari Yogyakarta, para penghuni Jabodetabek ada pak Ito, Devie, mba Isna, mas agil dan Fatma dan terakhir saya sendiri dari ujung timur, Surabaya. Jadi alasan kenapa memilih gunung di Jawa Barat ya karena dekat mereka, syukurlah rencana tahun ini di Jawa Timur. Namun, entah, apakah saya akan ikut? Atau hanya membantu perencanaannya saja, hehe, wallahu a’lam.

Sesampainya di Bogor, kami berjalan kaki menuju angkutan umum. Dikarenakan harganya yang tidak logis, wajar, jam crowded. Akhirnya kami menggunakan aplikasi grab-car. Setelah ditolak berkali-kali akhirnya ada supir grab yang sedang khilaf mau mengangkut kami. Alhamdulillah. Semoga selalu dalam lindungan-Nya, ya, Bapak. Kami mengendarai grab-car hingga Pondok Pemuda KOPINDO, ini merupakan istirahat malam kami sebelum melanjutkan pendakian esok pagi. Berhubung kami semua pemuda koperasi, rekan-rekan KOPINDO mempersilahkan kami tidur di lokasi yang cukup nyaman, Mushola tapi dengan kasur lantai. Biasanya kami hanya ngemper saja cukup, hehe. Terima kasih, KOPINDO.

Pagi hari, matahari sudah menyapa, sangat berbeda dengan Surabaya, Cibodas memeluk dengan dinginnya. Usai shalat Shubuh kami bergegas, packing, cek kelengkapan dan atur ulang formasi barang bawaan. Asiknya pendakian bersama banyak laki-laki adalah kamu bisa tenang dengan tidak membawa beban berlebih seperti biasanya, tenda-tenda itu tidak perlu kamu yang bawa. Alhamdulillah. Setelah semua dirasa cukup, kami berjalan dari Pondok Pemuda menuju tempat sarapan di dekat pos keberangkatan Cibodas 1.230 Mdpl. Makan nasi rames kesukaan dengan porsi lumayan besar untuk perjalanan seharian ini. Sesampainya di pos keberangkatan, kami sudah urus segala macam perijinan. Sebenarnya ingin sharing berapa saja biaya yang dikeluarkan dan waktunya, namun karena sudah terlampau lama, lupa. Maaf ya, kawan. Mungkin diblog lain ada, cukup terjangkau kok. Hanya saja ada yang harus teman-teman perhatikan. Jangan membawa apapun yang mengandung detergen, termasuk facial wash, sabun, sampo, odol dan lain sebagainya. Tissue basah pun jangan, karena nanti tersita. Ditambah lagi, ada aturan baru tidak boleh membawa botol air mineral dalam kemasan. Jadi harus membawa tumblr, ya!

Seperti biasanya, tim pendakian terdiri dari 3 bagian, yaitu porter, tengah dan saya selalu jadi sweeper, tukang sapu. Mereka yang jalannya cepat siap menjadi porter, berangkat terlebih dahulu, disusul tim selanjutnya. Tidak ada yang begitu istimewa saat keberangkatan, pos demi pos kami lalui. Namun, sungguh takjub sih, pemandangan di gunung yang tidak terlalu tinggi ini bisa dibilang paket lengkap. Istimewa. Melewati telaga biru (1.375 Mdpl), rawa Panyangcangan, air terjun panas (2.100 Mdpl), Panca Weuleuh ini yang membedakan dengan gunung-gungung di Jawa Tengah dan Yogyakarta yang biasa kami kunjungi. Segar, bung! Singkat cerita kami tiba di pos Kandang Badak (2.400 Mdp) tanpa drama, dramanya diending saja, hehe. Pos kandang badak saat itu menurut ku cukup istimewa, membuat ku tidak merasakan bahwa kita berada di alam liar. Semua serba ada, ada mushola, air jernih mengalir dengan mudahnya, dan juga ada kamar mandi dan toilet!

Seru sih, untuk berkumpul bersama rekan-rekan yang saling berjauhan karena pekerjaan. Berbeda sekali saat kami masih kuliah, dulu. Akhirnya dipersatukan da disaksikan oleh dataran tinggi Cibodas, Gunung Gede. Canda tawa mereka benar-benar melepas lelah, sekaligus mengobat rindu. Menebus janjiku kepada Pak Ito untuk mendaki bersama. Setelah sekian purnama, ya, Pak. Akhirnya terbayarkan. Singkat cerita lagi, setelah kami makan malam dan rehat, kemudian pagi hari sarapan dan packing menuju puncak melalui tanjakan Rante. Jalurnya cukup terbilang menyenangkan.

 

Hingga akhirnya kami sampai di puncak Gede (2.938 Mdpl) tanpa drama-drama club. Namun, saya sedikit berdrama sih, ternyata kehabisan logistik karena yang saya bawa ke puncak hanya sedikit. Alhamdulillah, di atas sana ada bapak beserta anaknya berjualan gorengan dan air. Lengkap ya rasanya, berasa piknik. Walau terbilang tidak terlalu tinggi dan recomended untuk pemula, gunung Gede menyajikan pemandangan yang begitu indah. Tampak alun-alun surya kencana pun terhampar dengan luasnya. Sebenarnya saya juga ingin melintasi lembah kasih yang disebut dalam puisi tokoh idola saya, Soe Hok Gie, lembah mandalawangi. Namun, berbeda jalur.

Singkat cerita, setelah mendokumentasikan, kami kembali ke pos Kandang Badak untuk makan dengan benar dan bersiap kembali. Ah, sedih rasanya, sangat singkat. Tapi apalah daya, sudah tidak seperti kuliah yang punya jatah libur panjang, saat ini para pekerja harus lekas kembali dan menarik kursi meja kerjanya. Dalam perjalanan pulang, drama dimulai.

Memori ingatan saya mengatakan pendakian cukup singkat, tidak sampai 5 jam perjalanan kami bisa sampai pos Kandang Badak. Namun, berbeda dengan kepulangannya. Rasanya cukup lama. Drama dimulai dari kami sweeper yang harus memastikan anggota turun semua dengan baik, namun ternyata Tiwi harus terkena air panas dan kakinya melepuh, Ia sedikit terpeleset saat di air terjun panas itu. Kami bertiga, saya, Tiwi dan mas Ragil akhirnya turun perlahan, tim porter sangat cepat di depan, saya yang turun membawa tas carrier berisi tenda-tenda ini pun lumayan merasa “boyokan” dan tidak bisa lari mengejar, akhirnya kami terputus.

Drama kedua, di pertengahan jalan kami mendapati kelompok tengah, mas Ai, Erika dan Eko berhenti dengan situasi yang tidak enak. Aku pun sempat marah karena ada yang menyalakan musik dengan keras malam hari seperti ini, karena pada himbauannya dapat mengundang Mantul, mantap betul. Eh, Macan Tutul. Saat itu kami berada di dekat jembatan yang sering dilewati Mantul tersebut. Aku meminta mereka mematikan musik tersebut, saat itu aku khawatir mereka memasang wajah panik dan berhenti karena melihat Macan. Namun, dugaan ku salah, ternyata ada hewan lucu sejenis berang-berang saja. Akhirnya kami memutuskan untuk melewatinya. Masih membawa drama yang akhirnya kami ceritakan diakhir saja. Ternyata mereka menyalakan musik bukan karena apa, namun karena ada sesuatu yang memanggil nama mereka berkali-kali. Ternyata bukan cuma aku yang merasakannya, mereka juga. Aku merasakan, namun aku coba cuek dan tetap fokus pada musik yang ku dengarkan melalui headsetku. Wajar, kami melintasi saat “sendekala”. Saat peralihan sore dengan malam memang cukup rawan malang melintang mahluk tersebut.

Dengan drama-drama tersebut singkat cerita kami sampai di Pos Keberangkatan tadi. Ketambahan drama lagi dengan adanya pendaki yang kerasukan, bukan dari kelompok kami. Tapi yang kami lewati tadi, sepertinya mereka duduk-duduk di jembatan itu. Kami langsung melintas karena memang sudah tidak nyaman semalam itu. Alhamdulillah, bersyukur masih bisa sampai walau rasanya tidak biasa dan cukup lama. Lain kali, jika mendaki timmingnya diatur lagi ya! Perbanyak dzikir juga dan jangan berbuat yang aneh-aneh. Kami mengakhiri petualangan hari ini dengan kembali ke Jakarta menggunakan angkutan umum yang kami sewa. Sesampainya di Jakarta kami berpisah menuju tujuan masing-masing. Alhamdulillah, kataku. Karena hakikatnya sebuah pendakian ialah pulang dengan selamat 🙂
Sekian dari ku. Sampai jumpa dipetualangan berikutnya. Salam lestari!

  • slot88
  • situs judi slot online gampang menang
  • slot online terpercaya via pulsa
  • slot gacor
  • link slot yang mudah menang
  • situs judi slot online gampang menang
  • situs slot deposit pulsa tanpa potongan 2020
  • link slot
  • slot88
  • game slot gacor
  • slot gacor
  • slot88
  • slot online
  • slot online terbaik
  • slot judi terbaik
  • slot online
  • judi slot
  • slot 2022
  • situs judi slot
  • judi slot online terlengkap
  • slot88
  • slot gacor
  • slot88
  • slot gacor
  • slot online
  • slot88
  • slot88
  • slot88
  • slot terpercaya 2022
  • slot88
  • game slot yang paling selalu menang
  • slot88
  • slot gacor
  • daftar situs slot gacor
  • slot mudah menang
  • slot online terpercaya
  • judi online terpopuler
  • agen slot online terpercaya
  • slot gacor hari ini
  • info slot gacor
  • slot88
  • slot deposit pulsa
  • slot pulsa
  • slot gacor
  • slot pragmatic
  • slot gacor
  • slot deposit via dana

  • Posted

    in

    by

    Comments

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *